Selamat Datang Di Website SMP Pataruman, Kami Mengucapkan Terima Kasih Karena Sudah Berkunjung. Kami akan merasa sangat senang sekali apabila anda memberikan saran & kritikan pada kami

Selasa, 09 Juni 2015

Gerakan Membaca 10 Menit

Saking penting nya membaca, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan  (Kemendikbud) merencanakan gerkan membaca 10 menit sehari. Gerakan ini merupakan anjuran penting bagi guru dan orangtua agar membiasakan anak-anak untuk membaca buku setiap hari selama 10 menit atau orangtuanya sendiri yang membacakan cerita untuk anak-anaknya.



Hingga saat ini, sebagaian besar masyarakat kita masih menganggap aktivitas membaca merupakan kegiatan yang membebani, membosankan dan memboroskan, serta mengganggu aktivitas-aktivasi lain yang dianggap lebih penting. Masyarakat kita masih didominasi oleh budaya tutur, budaya tonton, budaya dengar yang tidak membutuhkan energi aktif aktif otak untuk melakukanya.

Emerson, seorang pecinta buku mengatakan "Jika kita mencintai seseorang yang mempunyai kecerdasan luar biasa, kita mesti bertanya buku apa yang dibacanya." Demikian Emerson mengingatkan kita. Ucapan Emerson itu pastinya bukan omongan kosong tanpa makna. Dimana tempat dan waktu, orang-orang yang memiliki intelektual tinggi selalu menjadikan membaca sebagai rutinitas yang mengasyikan dan bergaul rapat dengan buku-buku.

Hasil setudy UNESCO menunjukan, pada tahun 2013 minat baca masyarakat Indonesia hanya 1:1000 orang. Begitu juga hasil survei BPS tahun 2013 meninjukan, Bangsa Indonesia paling gemar nonton Televisi yakni 91,68%, membaca surat kabar 17,6%. Data Bank Dunia mengungkapkan minat baca masyarakat Indonesia paling rendah diantara negara-negara Asia Tenggara. Indeknya hanya 21,7% dibandingkan dengan nilai indek minat baca singapura mencapai lebih 70%.

Data diatas sungguh memprihatinkan karena di era informasi ini sumber baca sangat mudah kita dapatkan. Hal ini pula yang mengundang pertanyaan, mengapa minat baca sebagian masyarakat Indonesia sangat rendah ? Paling tidak ada 3 determinasi yang menentukan jawabanya. Pertama karena memang sudah warisan dari orangtua. Orangtua kita ayah, ibu, kakek-nenek memang tidak suka membaca dan itu sudah ada dalam DNA kita sampai dengan hari ini. Sifat ini diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya dan kita mewarisinya. Inilah yang disebut dengan determinasi genetis.

kedua kita tidak senang membaca, karena memang sejak kecil dibesarkan  orang tua yang tidak pernah mendekatkan kita dengan bacaan. Boleh jadi kita tidak senang membaca karena memang tidak diberikan teladan oleh orangtua, malah orangtua kita selalu mengatakan membaca itu adalah perbuatan yang hanya membuang waktu. Pola pengasuhan , pengalaman masa kanak-kanak pada dasarnya membentuk kepribadian dan susunan karakter kita. Inilah yang disebut dengan determinasi psikis.

ketiga kita tidak senang membaca karena determinasi kingkungan.Determinasi lingkungan pada dasarnya mengatakan bahwa kita tidak senang membaca karena atasan atau bawahan, teman-teman, guru, atau dosen juga tidak senang membaca. Disamping itu juga dirumah, di kantor, di sekolah, tidak disediakan perpustakaan,karena tidak ada peraturan lembaga yang mengharuskan kita untuk membaca serta didukung oleh situasi ekonomi dan tidak adanya kebijakan nasional terbayang minat membaca.

oleh karena itu, gerakan membaca hendaknya dimulai diperlihatkan sejak dini, dari rumah, perpustakaan, sekolah, dan ekologi media. Standar idealnya, orangtua membaca bacaan kepada anak-anaknya sejak didalam kandungan hingga Tk. Penelitian menunjukan, seseorang bisa mendapatkan 4000-12000 kosakata baru dalam setahun melalui buku-buku yang dibacakan untuknya.

Di sekolah juga perlu ada perpustakaan. Asosiasi Membaca Internasional (1999) menyarankan, jumlah ideal buku untuk satu murid. Adapun untuk perpustakaan di kelas, idealnya adanya tujuh buku untuk satu murid. Bagi Indonesia ini bukan sesuatu yang mustahil. Membangun kemampuan membaca adalah bagian dari mendidik, yang harus dilakukan tanpa henti. Ayo Membaca! ***

Penulis,Guru SDET Bina Muda Cicalengka dan MA Quwatul Iman Pacet Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar